Kamis, 19 Juli 2018

Jual Bakso Sambil Sekolah, Kenapa Malu?



WAKTU telah menunjukkan pukul 04.00. Saatnya pula bagi Ari Candra N (18) beraksi. Di rumah orangtuanya, dia mulai membuat bubur kacang hijau dengan bahan sebanyak setengah kilogram. Dua jam kemudian, atau sekitar pukul 06.00, hasil olahan bubur karyanya pun telah siap dibawa.

Sembari berjalan kaki dari rumahnya di lingkungan Ledoksari Kelurahan Kepek Kecamatan Wonosari Gunungkidul, dia menuju kediaman Sunardi (38) pemilik usaha bakso dan bakwan kawi. Jaraknya dengan rumahnya sekitar setengah kilometer. Di sana dia pun bergegas menyiapkan seluruh barang dagangan untuk dibawa ke sekolah.

Setidaknya, antara 500 hingga 750 biji bakso serta bakwan tiap hari dia jual. Untuk membawa barang dagangan, termasuk pula bubur kacang hijau, menuju ke sekolah, dia memperoleh pinjaman gerobak motor dari Sunardi. Setibanya di SMK Negeri 2 Wonosari, gerobak sepeda motor itu kemudian diparkirkan di halaman kompleks kantin dan dirinya pun masuk ke kelas.

Begitu bel istirahat berbunyi pada pukul 10.00, Candra bergegas membuka lapak dagangannya. Di waktu itulah, dia mulai melayani konsumen yang mayoritas para siswa, karyawan, serta guru di sekolah tersebut. Untuk satu biji bakso maupun bakwan kawi, dia jual seharga Rp 500. Lalu untuk bubur kacang hijau, satu porsinya Rp 3.000.

“Ya.., inilah aktivitas saya sejak Senin hingga Sabtu di sekolah. Selain menjadi siswa yang mengikuti proses pembelajaran di kelas, Alhamdulillah saya juga menjadi wirausahawan. Dari hasil jualan bakso dan bakwan, saya peroleh komisi Rp 15.000 dari pihak pengelola Group Incubator SMK Negeri 2 Wonosari. Lalu ada tambahan Rp 10.000 dari juragan pemilik bakso tersebut,” kata Candra, Minggu (01/04/2018).

Artinya, lanjutnya, secara otomatis tiap hari dia mengantongi uang (pendapatan) sebanyak Rp 25.000. Lalu ditambah dari hasil menitipkan dagangan bubur kacang hijau rata-rata antara Rp 40.000 hingga Rp 50.000 tiap hari. Totalnya bisa mencapai Rp 75.000 per hari. Sementara di hari libur, tiap Minggu dirinya pun berjualan di Taman Kuliner Wonosari.

          Candra tidak pernah merasa malu dengan kegiatannya tersebut. Justru ia bangga karena bisa belajar menjadi wirausahawan, mencari uang sendiri, serta meringankan beban orangtua. Dibanding siswa yang lain biasanya hanya sekolah dan bermain, membantu orangtuapun jarang, malah ada yang menyusahkan orangtua. (Fiana Budi Irawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuli Suswanti , Pendidik sekaligus Pebisnis Ulet

“Terus berusaha dan berdoa serta pintar membagi waktu” ITULAH prinsip yang dipegang teguh oleh Yuli Suswanti, seorang perem...