Kamis, 19 Juli 2018

Ngatiman, Tukang Parkir yang Banyak Dikenal Mahasiswa



TUKANG parkir, pekerjaan yang sering dipandang rendah oleh sebagian orang. Namun tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang tukang parkir adalah pekerjaan yang mulia. Hal ini diakui Ngatiman, ayah satu anak yang sudah 12 tahun menjadi tukan parkir di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Pekerjaan ini sehari-hari dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar dan tidak pernah membuat Ngatiman berkecil hati.

Dari pekerjaan tersebut pria kelahiran Sidokarto ini setiap bulannya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1.000.000. Walau gaji yang cukup kecil, Ngatiman tetap menerimanya dengan penuh rasa syukur. Ia selalu menganggap bahwa bila pekerjaan dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah.

Dengan hadirnya seorang anak dalam keluarga sederhananya, Ngatiman semakin merasa bertambahnya beban yang harus dipikulnya. Anak yang Ngatiman masih kecil perlu dipenuhi segala kebutuhannya. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, Ngatiman berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan keluarganya.

Selain karena panggilan, alasan lain mengapa Ngatiman memilih bekerja sebagai tukang parkir karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya. Sekali lagi ia tetap bersyukur. Sebab di kota besar seperti Yogyakarta masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari satu orang anak ini tetap merekahkan senyum sembari menjalani pekerjaanya.

Semua pekerjaan pasti ada hambatannya. Haal itu juga sering dialami Ngatiman. Terkadang ada beberapa mahasiswa yang susah diatur untuk merapikan kendaraannya. Padahal itu semua untuk kenyamanan bersama. Dengan senyum khasnya, Ngatiman terus bersabar menghadapi segala hambatan yang ia yakini sebagai ujian dalam pekerjaan yang sedang dijalaninya itu.

Jika ada waktu luang, Ngatiman menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk membaca Al-Qur’an. Ia tidak ingin ketinggalan dalam berburu amal untuk bekal di Akhirat kelak. Walau miskin harta di dunia, ia tidak ingin miskin di akhirat kelak. Ia selalu ingin menjalani hari demi hari menjadi semakin lebih baik. Di usianya yang ke-39, Ngatiman semakin sadar bahwa umur semakin habis dimakan waktu. Kapan lagi banyak-banyak melakukan ibadah, kalu bukan sekarang ? Karena mati seseorang hanya Allah yang menentukan.

Menjadi tukang parkir dijalani mulai tahun 2000. Tukang parkir yang selalu mengenakan peci ini banyak dikenal mahasiswa, baik karena penampilannya yang khas, maupun sikap ceria dan penuh semangatnya itu. Inilah yang membuat Ngatiman disegani oleh banyak orang. (Moh Rifqi Ferdian Putra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuli Suswanti , Pendidik sekaligus Pebisnis Ulet

“Terus berusaha dan berdoa serta pintar membagi waktu” ITULAH prinsip yang dipegang teguh oleh Yuli Suswanti, seorang perem...