TUKANG parkir, pekerjaan yang sering dipandang rendah oleh sebagian orang. Namun
tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang tukang parkir adalah pekerjaan
yang mulia. Hal ini diakui Ngatiman, ayah satu anak yang sudah 12 tahun menjadi
tukan parkir di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Pekerjaan ini sehari-hari
dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar dan tidak pernah membuat
Ngatiman berkecil hati.
Dari pekerjaan tersebut pria kelahiran Sidokarto ini setiap bulannya
mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1.000.000. Walau gaji yang cukup kecil,
Ngatiman tetap menerimanya dengan penuh rasa syukur. Ia selalu menganggap bahwa
bila pekerjaan dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah.
Dengan hadirnya seorang anak dalam keluarga sederhananya, Ngatiman semakin
merasa bertambahnya beban yang harus dipikulnya. Anak yang Ngatiman masih kecil
perlu dipenuhi segala kebutuhannya. Dengan kondisi ekonomi seperti ini,
Ngatiman berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan keluarganya.
Selain karena panggilan, alasan lain mengapa Ngatiman memilih bekerja
sebagai tukang parkir karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan
keahlian dan latar belakang pendidikannya. Sekali lagi ia tetap bersyukur.
Sebab di kota besar seperti Yogyakarta masih banyak orang yang tidak memiliki
pekerjaan, bahkan bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari satu orang anak
ini tetap merekahkan senyum sembari menjalani pekerjaanya.
Semua pekerjaan pasti ada hambatannya. Haal itu juga sering dialami
Ngatiman. Terkadang ada beberapa mahasiswa yang susah diatur untuk merapikan
kendaraannya. Padahal itu semua untuk kenyamanan bersama. Dengan senyum
khasnya, Ngatiman terus bersabar menghadapi segala hambatan yang ia yakini
sebagai ujian dalam pekerjaan yang sedang dijalaninya itu.
Jika ada waktu luang, Ngatiman menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk
membaca Al-Qur’an. Ia tidak ingin ketinggalan dalam berburu amal untuk bekal di
Akhirat kelak. Walau miskin harta di dunia, ia tidak ingin miskin di akhirat
kelak. Ia selalu ingin menjalani hari demi hari menjadi semakin lebih baik. Di
usianya yang ke-39, Ngatiman semakin sadar bahwa umur semakin habis dimakan
waktu. Kapan lagi banyak-banyak melakukan ibadah, kalu bukan sekarang ? Karena
mati seseorang hanya Allah yang menentukan.
Menjadi tukang parkir dijalani mulai tahun 2000. Tukang parkir yang selalu
mengenakan peci ini banyak dikenal mahasiswa, baik karena penampilannya yang
khas, maupun sikap ceria dan penuh semangatnya itu. Inilah yang membuat
Ngatiman disegani oleh banyak orang. (Moh
Rifqi Ferdian Putra)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar