Kamis, 26 Juli 2018

Luar Biasa, Pendapatan Trisno Perhari Rp 5 Juta

Untuk bisa sukses dalam dalam berwirausaha, harus berani memulai dan berani gagal.

KESERIUSAN seseorang dalam merintis bisnis dan berinovasi akan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, usaha yang awalnya kecil akan bisa berkembang menjadi besar. Seperti usaha yang dirintis Trisno Suwito (61), bapak tiga anak yang merintis usaha baksonya sejak tahun 1980.
Awalnya, Trisno berjualan bakso dengan cara berkeliling, terutama di daerah Lamper dan Sompok Semarang. Teriknya matahari tidak menyurutkan semangatnya. Meski memikul gerobak, ia tak kenal lelah menjajakan bakso agar pembeli makin akrab dengan racikannya.
Setelah dua tahun berdagang keliling,Trisno memutuskan untuk membeli gerobak yang lebih mudah dioperasikan. Tak lama menjual dagangan baksonya dengan gerobak keliling, akhirnya mulai menjual dagangannya secara mangkal di Jl. Sompok Baru No. 63 Semarang, tepatnya di selatan dokter anak. Kendati begitu, tempat jualannya tergolong sederhana, masih beratapkan terpal dan bocor pada saat musim hujan. Namun usahanya semakin hari semakin ramai dikunjungi pelanggan. Tentunya itu membuat omset pendapatan Trisno bertambah. Dari omset inilah Trisno mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk membangun tempat semi-permanen.
Karena ketekunan dan ketelatenannya, usaha yang dirintisnya mulai dari nol kini kian membuahkan hasil. Trisno sudah tidak perlu lagi capai-capai berkeliling dan memikul dagangan baksonya.  "Bakso Do'a Ibu " itulah nama usaha baksonya. Saat ini usaha yang dirintis Trisno sudah mempunyai 3 cabang, dengan 15 karyawan di kios pusatnya dan 7 karyawan di cabang-cabangnya.  Belum lama ini Bakso Do'a Ibu yang terkenal dengan nama bakso Do'i pindah ke ruko yang tidak jauh dari tempat lamanya. 
Bakso dengan daging sapi pilihan membuat siapa saja yang mencoba kuliner Bakso Do'i dijamin pasti balik lagi. Bakso dengan campuran mie putih dan mie kuning ditambah beberapa potongan jeroan ini sangat digemari para pelanggan. Khususnya para pecinta bakso. Walau pindah di Jl. Sompok baru No.57 Semarang  usaha yang dikelola Trisno tetap ramai dan tidak pernah sepi. Mulai pukul11.00 siang saat buka pertama hingga tutup pukul 22.00 WIB, pengunjung tidak pernah berhenti mengalir.
Puluhan bangku plastik terkadang tidak cukup untuk menampung penikmat Bakso Do'i. Jika sudah begitu, para pelanggan yang tidak kebagian tempat duduk memilih untuk dibungkuskan baksonya guna dibawa pulang.
Ternyata, sukses mengelola warung Bakso Do'i tidaklah secepat membalik tangan. Banyak lika-liku yang harus dilalui Trisno saat itu, entah tenda yang bocor atau harus diusir petugas Satpol PP, atau karena suatu hal pada tahun 1989 sebelum pada akhirnya Bakso Do'i menetap.
Hasil jualan bakso tidaklah bisa dipandang sebelah mata.  Pada hari-hari biasa warung ini bisa menjual bakso lebih dari 1.000 mangkok. Ini belum termasuk ketika malam minggu atau hari-hari raya seperti Hari Raya Lebaran , itu bisa lebih.  Menurut Trisno dalam waktu sehari dapat menghabiskan 65-75 kg daging sapi pilihan. Pada malam minggu, bisa menghabiskan daging pilihan 75-80 kg. Bahkan,  saat lebaran dapat menghabiskan 2-3 kuintal daging.
 "Pas Lebaran kadang ada yang sampai pulang karena tidak terlayani, atau ngomel-ngomel karena pelayanannya lama sekali. Ya mau gimana lagi, semua pelanggan minta didahulukan. " terang Trisno. 
Penghasilan kotor usahanya sekitar delapan belas juta perharinya. Untuk menggaji karyawan dan untuk belanja yang akan dijual di kemudian hari Trisno biasanya mendapat sisa sekitar lima jutaan.
Untuk daging, biasanya Trisno mengambil di RPH (Rumah Penggilingan Harian ) kabluk dengan harga 95.000/kg. Jenisnya khusus yaitu daging sapi bagian paha. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas rasa agar tetap sedap saat diolah. Untuk jeroan biasanya membeli 10 kg.
Usaha yang dirintis Trisno ini juga pernah drop saat diterjang isu bakso tikus. Waktu itu warung yang dikelola Trisno hanya menghabiskan daging 10 kg perharinya. Karena memang tidak mengandung daging tikus, isu itu berangsur-angsur menghilang dan akhirnya pelanggan pada kembali. "Bakso di sini murni daging sapi, dan tidak ada campuran borak atau apapun. Racikan baksonya juga sama seperti bakso-bakso pada umumnya.  Saya jamin itu. " jelas Trisno.
Tidak sedikit orang dari luar kota Semarang yang sengaja datang hanya untuk mencicipi Bakso Do'i. Bakso Do'i sendiri sering mendapat pesanan mulai dari acara kecil- kecilan sampai acara besar.
"Saya sering mendapat pesanan, seperti PT.Kubota, Djarum, Gedung Gubernur dan yang paling sering acara arisan, hajatan bahkan acara rapat-rapat." terang Trisno. (Sonya Relistiasari)

Jumat, 20 Juli 2018

Pamungkas Sukses Berjualan Via Online



BERJUALAN secara online memang menguntungkan, bahkan bisa dilakukan sambil berkuliah. Hal ini yang dilakukan Pamungkas Cahyo Nugroho, mahasiswa Prodi PBSI FKIP di Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Disamping sebagai mahasiswa, dia menyempatkan diri untuk berjualan secara online sebagai penghasilan sampingannya.
Awal membuka toko online saat  duduk di bangku kuliah. Berbagai barang bekas ia jual belikan. Namun, sekarang ini ia lebih memilih berjualan buku, Berbagai macam buku-buku baru maupun bekas ada di toko onlinenya. Dengan memanfaatkan media online berupa instagram ia mulai membuka bisnisnya. Meski hasil yang didapatkan tidak begitu besar untuk memenuhi kebutuhan selama kuliah, ia tetap bersyukur atas apa yang diperolehnya. Membagi waktu untuk berjualan dan kuliah merupakan hal yang tidak mudah, namun apa yang ia lakukan tidak menjadi suatu alasan untuk malas-malasan dalam kuliahnya.
Sudah hampir dua tahun, bisnis yang ia kembangkan berjalan lancar hingga saat ini. Banyak pelanggan baru maupun lama yang sering memesan buku di toko onlinenya. Orang-orang dari berbagai daerah bahkan sampai luar negeri pun seringkali memesan di toko onlinenya.
Selama berjualan online sampai saat ini, seringkali mendapat berbagi kesulitan, seperti pelanggan yang kurang percaya serta pertanyaan-pertanyaan terkait toko online yang ia dirikan. Namun hanyak sedikit orang yang terkadang kurang percaya, meski begitu ia selalu berusaha untuk sabar dan menjelaskan untuk meyakinkan pelanggan-pelanggannya.
Dia berharap apa yang dikerjakannya sekarang mendapatkan berkah dari yang Allah SWT. Ia mengatakan bahwa “Baca Buku Buka Matamu!”, itulah kata-kata yang menjadi inspirasi dalam menjalankan toko online yang ia dirikan. Ia juga memberi nama toko onlinenya ”Buku Mata”, yang sampai saat ini terus berkembang dan sangat berguna serta bermanfaat bagi masyarakat. (Mohamad Gozali)

Kamis, 19 Juli 2018

Ngatiman, Tukang Parkir yang Banyak Dikenal Mahasiswa



TUKANG parkir, pekerjaan yang sering dipandang rendah oleh sebagian orang. Namun tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang tukang parkir adalah pekerjaan yang mulia. Hal ini diakui Ngatiman, ayah satu anak yang sudah 12 tahun menjadi tukan parkir di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Pekerjaan ini sehari-hari dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar dan tidak pernah membuat Ngatiman berkecil hati.

Dari pekerjaan tersebut pria kelahiran Sidokarto ini setiap bulannya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1.000.000. Walau gaji yang cukup kecil, Ngatiman tetap menerimanya dengan penuh rasa syukur. Ia selalu menganggap bahwa bila pekerjaan dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah.

Dengan hadirnya seorang anak dalam keluarga sederhananya, Ngatiman semakin merasa bertambahnya beban yang harus dipikulnya. Anak yang Ngatiman masih kecil perlu dipenuhi segala kebutuhannya. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, Ngatiman berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan keluarganya.

Selain karena panggilan, alasan lain mengapa Ngatiman memilih bekerja sebagai tukang parkir karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya. Sekali lagi ia tetap bersyukur. Sebab di kota besar seperti Yogyakarta masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari satu orang anak ini tetap merekahkan senyum sembari menjalani pekerjaanya.

Semua pekerjaan pasti ada hambatannya. Haal itu juga sering dialami Ngatiman. Terkadang ada beberapa mahasiswa yang susah diatur untuk merapikan kendaraannya. Padahal itu semua untuk kenyamanan bersama. Dengan senyum khasnya, Ngatiman terus bersabar menghadapi segala hambatan yang ia yakini sebagai ujian dalam pekerjaan yang sedang dijalaninya itu.

Jika ada waktu luang, Ngatiman menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk membaca Al-Qur’an. Ia tidak ingin ketinggalan dalam berburu amal untuk bekal di Akhirat kelak. Walau miskin harta di dunia, ia tidak ingin miskin di akhirat kelak. Ia selalu ingin menjalani hari demi hari menjadi semakin lebih baik. Di usianya yang ke-39, Ngatiman semakin sadar bahwa umur semakin habis dimakan waktu. Kapan lagi banyak-banyak melakukan ibadah, kalu bukan sekarang ? Karena mati seseorang hanya Allah yang menentukan.

Menjadi tukang parkir dijalani mulai tahun 2000. Tukang parkir yang selalu mengenakan peci ini banyak dikenal mahasiswa, baik karena penampilannya yang khas, maupun sikap ceria dan penuh semangatnya itu. Inilah yang membuat Ngatiman disegani oleh banyak orang. (Moh Rifqi Ferdian Putra)

Jual Bakso Sambil Sekolah, Kenapa Malu?



WAKTU telah menunjukkan pukul 04.00. Saatnya pula bagi Ari Candra N (18) beraksi. Di rumah orangtuanya, dia mulai membuat bubur kacang hijau dengan bahan sebanyak setengah kilogram. Dua jam kemudian, atau sekitar pukul 06.00, hasil olahan bubur karyanya pun telah siap dibawa.

Sembari berjalan kaki dari rumahnya di lingkungan Ledoksari Kelurahan Kepek Kecamatan Wonosari Gunungkidul, dia menuju kediaman Sunardi (38) pemilik usaha bakso dan bakwan kawi. Jaraknya dengan rumahnya sekitar setengah kilometer. Di sana dia pun bergegas menyiapkan seluruh barang dagangan untuk dibawa ke sekolah.

Setidaknya, antara 500 hingga 750 biji bakso serta bakwan tiap hari dia jual. Untuk membawa barang dagangan, termasuk pula bubur kacang hijau, menuju ke sekolah, dia memperoleh pinjaman gerobak motor dari Sunardi. Setibanya di SMK Negeri 2 Wonosari, gerobak sepeda motor itu kemudian diparkirkan di halaman kompleks kantin dan dirinya pun masuk ke kelas.

Begitu bel istirahat berbunyi pada pukul 10.00, Candra bergegas membuka lapak dagangannya. Di waktu itulah, dia mulai melayani konsumen yang mayoritas para siswa, karyawan, serta guru di sekolah tersebut. Untuk satu biji bakso maupun bakwan kawi, dia jual seharga Rp 500. Lalu untuk bubur kacang hijau, satu porsinya Rp 3.000.

“Ya.., inilah aktivitas saya sejak Senin hingga Sabtu di sekolah. Selain menjadi siswa yang mengikuti proses pembelajaran di kelas, Alhamdulillah saya juga menjadi wirausahawan. Dari hasil jualan bakso dan bakwan, saya peroleh komisi Rp 15.000 dari pihak pengelola Group Incubator SMK Negeri 2 Wonosari. Lalu ada tambahan Rp 10.000 dari juragan pemilik bakso tersebut,” kata Candra, Minggu (01/04/2018).

Artinya, lanjutnya, secara otomatis tiap hari dia mengantongi uang (pendapatan) sebanyak Rp 25.000. Lalu ditambah dari hasil menitipkan dagangan bubur kacang hijau rata-rata antara Rp 40.000 hingga Rp 50.000 tiap hari. Totalnya bisa mencapai Rp 75.000 per hari. Sementara di hari libur, tiap Minggu dirinya pun berjualan di Taman Kuliner Wonosari.

          Candra tidak pernah merasa malu dengan kegiatannya tersebut. Justru ia bangga karena bisa belajar menjadi wirausahawan, mencari uang sendiri, serta meringankan beban orangtua. Dibanding siswa yang lain biasanya hanya sekolah dan bermain, membantu orangtuapun jarang, malah ada yang menyusahkan orangtua. (Fiana Budi Irawan)

Wahyu Eko, Wirausahawan Muda yang Inspiratif



USIA muda tidak menghalangi cita-cita seseorang untuk sukses di bidang wirausahaw. Contohnya Wahyu Eko Saputro, meski masih berstatus mahasiswa semester empat Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, ia sudah meraup banyak keuntungan dari bisnisnya.

 "Saya sangat suka berwirausaha. Jadi saya memutuskan untuk bisnis di bidang perdagangan" kata Wahyu Eko.

Berbekal kecintaan pada bisnis wirausaha, ia memutuskan untuk mulai berjualan sembako dan air isi ulang berdasarkan pesanan warga desa maupun warga komplek perumahan di sekitar rumahnya. Lama-kelamaan, ia memberanikan diri untuk membuka sebuah toko kelontong bernama Toko Cahaya di daerah Godean.

Dalam perkembangannya, Toko Cahaya menjadi minimarket Cahaya Mart. Pendapatan Eko yang usianya mengunjak 20 tahun juga terus meroket. Dalam sebulan mampu meraup omset sampai jutaan rupiah. Ia pun sudah memiliki tiga pegawai yang semuanya diambil dari saudaranya.

Selain bisnis dan kuliah, laki-laki kelahiran Magelang, 5 Februari 1998 ini juga masih mengikuti beragam aktivitas keorganisasian di kampusnya.

Berkat keberhasilan usahanya ini ia telah berangkat umroh pada saat semester satu dan bisa membeli motor sendiri. (Erlanga)

Rabu, 18 Juli 2018

Pak Kepala Sekolah ini Masih Semangat Mengajar Ngaji


MENGAJAR adalah hobinya sehari-hari. Hobi yang merupakan aktivitas rutin setiap pagi. Tak kenal lelah, letih, lesu hingga ia jalani sepenuh hati. Senyum dan semangat adalah kunci untuk mengabdi kepada pendidikan yang layak.

    Itulah Drs Akhmad Jarokhi, pria kelahiran Tegal, 29 Mei 1966 yang berprofesi sebagai guru Bahasa Indonesia di SMA Muhammadiyah 1 Margasari Kabupaten Tegal. Bekal mengajar ia peroleh dari kuliah S-1 di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta atau UNY), yang lulus pada tahun 1989 dengan skripsi yang berjudul “Dongeng Tapi Langka”.
   
    Bukan hanya itu, ia memiliki pekerjaan di luar selain menjadi guru. Tipe pekerjaannya sama dengan guru, yaitu mengajar. Tetapi yang membedakan adalah hal-hal yang diajarkan. Karena ia juga guru ngaji di desa Margasari Kabupaten Tegal. Sebuah pekerjaan sampingan yang cukup unik jika dilihat dari sudut pandang guru yang bergelut dalam bidang pendidikan formal. Apalagi di SMA Muhammadiyah 1 Margasari ia menjabat sebagai Kepala Sekolah. Jadi patut diacungi jempol jika masih sempat menjadi guru ngaji di tempat rumahnya.

    Terkait pengabdian sebagai guru ngaji, di tempat tinggalnya ia punya kelompok membaca Iqra dan Al-Qur’an yang diikuti anak-anak sekitar 200 anak. Kegiatan mengaji itu dilaksanakan mulai dari sehabis Asar hingga menjelang Maghrib. Di kelompok mengaji itu Pak Akhmad dibantu rekan-rekan yang lain membagi ilmunya kepada anak-anak yang belajar mengaji dan itupun sudah berlangsung lama.
   
    “Berbagi ilmu itukan ibadah?” tuturnya saat menjelaskan tentang latar belakang ingin membagi ilmunya kepada anak-anak di Desa Margasari yang sudah berdiri dari 11 tahun yang lalu. Kegiatan mengaji di sana yaitu ada yang membaca Iqra, membaca Al-Quran, menghafal surat-surat pendek, menghafal bacaan sholat, serta menghafal doa-doa sehari-hari. Tata aturan Islam dalam kehidupan juga diajarkan di sana dengan memberi materi fiqih kepada murid-murid pengajian. Murid di kelompok pengajian tersebut bermacam-macam, mulai dari umur 4 tahun sampai kelas 6 SD.
   
    Selain itu, di sela-sela kesibukannya yang padat Pak Akhmad mempunyai hobi yang sangat baik untuk ditiru oleh anak-anak zaman sekarang, antara lain menulis, membaca, dan mengaji.

    “Hablumminallah, hablumminannas
. Jadi kehidupan itu  antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia. Jadi kita harus bisa menempatkan itu. Dunia itu, hanya persinggahan sementara. Yang abadi adalah akhirat. Jadi jika di dunia mari sampaikanlah walaupun satu ayat. Kita mengajak orang-orang dan bersama-sama dalam dunia yang baik dan banyak manfaat,” jawab Pak Akhmad saat ditanya motto hidupnya.

    Jawaban tersebut disampaikan saat ditanya motto hidupnya selama ini yang menjadikan dirinya mampu menjalani aktifitasnya sehari-hari dari pagi hingga petang. Baik untuk dirinya dan keluarga, serta pekerjaannya mengajar di SMA maupun mengajar ngaji di wilayah tempat tinggalnya.
   
    Kepada para remaja usia SMA, Pak Akhmad menyarankan agar lebih peka terhadap permasalahan yang ada, baik permasalahan dalam dunia pendidikan maupun permasalahan sosial. Karena anak SMA itu masih memiliki mimpi dan tujuan yang panjang. “Jadi bukan hanya sekedar ijazah atau lulus dengan nilai bagus, tapi dia juga harus bermanfaat buat dirinya, buat keluarga, buat masyarakat, dan juga bangsa” pesannya kepada anak-anak zaman sekarang untuk termotivasi agar semangat mengejar mimpi dunia dan jangan pernah tinggalkan kewajiban untuk akhirat. (M Fatwa Mirfakh)

Renno Sang Jagoan Desain Logo

SEMAKIN pesatnya perkembangan teknologi di saat ini, dibutuhkan kedewasaan dan kebijakan dalam memanfaatkannya. Di era perkembangan teknologi yang semakin canggih, juga melahirkan ide-ide baru dari kalangan anak muda. Dalam memanfaatkan perkembangan teknologi seorang mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta, yaitu Fahrenno Asnawan mencoba untuk menggabungkan kreatifitas menggambar dan editing di komputer.

            Dengan kemampuan menggambar, ia mencoba peluang untuk mendesain sebuah logo. Di awal langkahnya, pria asal Wonosari Gunung Kidul tersebut mendesain logo untuk instagramnya terlebih dulu. Dari proses tersebut telah menghasilkan beberapa karya yang kemudian diapresiasi oleh beberapa orang dan berkembang menjadi bisnis desain logo. Logo hasil karyanya sering dibeli untuk desain kaos, mug, dan lain-lain. Dari hasil penjualan beberapa desain logonya tersebut, ia mengatakan uang tersebut digunakan untuk membeli beberapa peralatan guna menunjang pekerjaannya dalam mendesain sebuah logo.

            Dalam mendesain sebuah logo, pria yang oleh teman-temannya biasa dipanggil Renno ini beranggapan bahwa setiap logo tidak perlu detail dan pernak-pernik warna dan ornamen yang banyak. Menurutnya logo yang baik adalah logo yang digambar sesederhana mungkin namun mengandung arti di setiap gambarnya. “Gambar tu gak usah ribet-ribet mas, keep it simple wae.. “ Lanjutnya sembari melontarkan candaan.
             
            Terbukti dari logo simple yang dianutnya tersebut, kini desain logo karyanya sudah dicetak dalam bentuk kaos oleh warung kopi terkenal, yaitu Filosofi Kopi. Hal tersebut bisa terjadi karena ia mengikuti sebuah even membuat desain yang diadakan oleh Filosofi Kopi.
            Peminat desainnya tak hanya dari dalam negeri saja, namun dari luar negeri pun juga ada. Seperti saat ia diminta membuat desain poster untuk tour konser dari seorang penyanyi indie rock dari Florida yaitu Luke Wilmoth.
            Cara pengenalan dan pemasaran logonya, Fahrenno mengatakan bahwa selain mengikuti even-even lomba desain ia juga mempublikasikan karya-karyanya di media sosial seperti instagramnya @housstd. Untuk memesan desain logo atau membeli desain yang sudah ada, pembeli hanya perlu menghubungi lewat email yang sudah tertera di akun sosial medianya. Transaksi pembayaran akan dilakukan via transfer jika sudah mendapat kesepakatan bersama dan hak paten karyanya.
“Saya gak hanya jual gambar logo aja mas, saya juga buat desain clothing saya sendiri..”  tambahnya. Tidak hanya terfokus di jasa pembuatan logo, Fahrenno juga memiliki bisnis clothing yang baru dirilisnya, bisnisnya tersebut juga di pasarkan lewat akun sosmednya yaitu @treesandcreek. (Cahya Prabowo)

Yuli Suswanti , Pendidik sekaligus Pebisnis Ulet

“Terus berusaha dan berdoa serta pintar membagi waktu” ITULAH prinsip yang dipegang teguh oleh Yuli Suswanti, seorang perem...