Minggu, 05 Agustus 2018

Impian Besar Seorang Pedagang Sayur




Nasib seseorang memang tidak ada yang bisa menebak. Selama seseorang terus berusaha mencari rezeki, Tuhan pasti akan memberikan apa yang mereka harapkan.
Berbekal kesabaran dan ketelatenan itulah kehidupan yang harus dijalani perempuan paru baya. Setiap hari wanita paruh baya bernama Tati ini harus bertemu dengan tukang tengkulak untuk membeli sayur-sayuran yang akan dibawakan ke pasar Beringharjo untuk dijual. Mulai pukul 03.00 Subuh ditemani tikar reot wanit  itu bergegas berangkat meninggalkan rumah sederhana menuju pasar Beringharjo untuk berdagang sayur-sayuran.
Sudah 15 tahun ini ia menggeluti pekerjaan sebagai pedagang sayur dengan menggelarkan plastik dan menjejer sayur-sayurannya. Justru, dalam posisi itulah pembeli lebih tertarik untuk datang. Sebelum berdagang sayur, Tati merupakan ibu rumah tangga.
Tati harus bekerja keras untuk membiayai sekolah anaknya yang sebentar lagi akan melanjutkan keperguruan tinggi. Terkadang Tati ia merasa lelah dalam berdagang sayur, tetapi inilah yang harus dijalani untuk meringankan kebutuhan sehari-hari.
 Selain berdagang sayur, Tati tidak mempunyai pekerjaan lain. Ia hanya berdagang sayur untuk membantu keringanan perekonomian keluarga dan menjadi ibu rumah tangga untuk anak-anaknya. Keuntungannya setiap harinya tidak menentu, kadang untung, kadang rugi.
Dalam sehari berdagang, ia hanya mendapatkan keuntungan Rp 100.000 Rp 150.000. Rata-rata penghasilan sebulan kurang lebih Rp 2 juta. Meski demikian pernah juga dagangannya tidak laku terjual dan busuk. Walau begitu Tati  yakin dengan pendapatan seperti itu bisa untuk membiaya anaknya melanjutkan ke perguruan tinggi.
Keluhan Tati dalam berdagang sayur di pasar ialah pasar saat ini tidak seramai dulu lagi karena lebih banyak masyarakat yang lebih memilih membeli sayuran di supermarket. Kebanyakan pasar saat ini terkalahkan dengan mall-mall yang ada di kota.Ppembeli datang hanya beberapa orang saja, itupun hanya pelanggannya yang sering berbelanja. Di situ jika tidak ada pelanggan yang berbelanja dagangan pun tidak laku terjual dan keuntungan yang diperoleh sekitar  Rp 20.000/hari, terlebih lagi saat ini harga cabe tidak stabil dan terus berubah dalam beberapa hari.
Selama menggeluti pekerjaan sebagai pedagang sayur Tati mengaku banyak menguras kesabaran dalam menghadapi pembeli yang sering menawar harga sayuran yang tidak sesuai dengan harga jual. Meski begitu tetap saja ia menghargai dan melayani pembeli dengan ramah.
Tati pulang dari berdagang sayur sekitar pukul15.00 dan sesampainya di rumah tidak bisa langsung istirahat, ia harus memenuhi kewajiban sebagai ibu rumah tangga seperti memasak untuk anak-anak dan suaminya, membereskan rumah walaupun sudah lelah dalam mencari nafkah. Tati tetap bersabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupan. Saat teringat cita-cita anaknya membuatnya menjadi bersemangat dalam berdagang sayur. Karena baginya kebahagiaan anaknya adalah kusuksesan baginya dan berharap agar anak-anaknya lah yang kelak akan mengangkat derajat  keluarga mereka. (Devita Apriani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuli Suswanti , Pendidik sekaligus Pebisnis Ulet

“Terus berusaha dan berdoa serta pintar membagi waktu” ITULAH prinsip yang dipegang teguh oleh Yuli Suswanti, seorang perem...