Kamis, 02 Agustus 2018

Misteri Bangunan Bernuansa Belanda



BANGUNAN bernuansa Belanda membuat mata saya tertarik. Tepat di timur lampu merah arah Jalan Mataram Yogyakarta saya berhenti. Mengamati sejenak. Sebelum tertarik lebih dalam dengan bangunan ini, saya mencoba mencari narasumber. Akhirnya menjumpai dua orang narasumber. Ratno seorang penjual jajanan dan anak pemilik bangunan bernuansa Belanda yang belum sempat saya ketahui namanya.
Ratno saat dijumpai di barat bangunan bernuansa Belanda pada Senin (9/4/18) menjelaskan, bahwa Ullen Sentalu ini dibangun sebelum adanya museum Ullen Sentalu yang terletak di daerah Pakem Kaliurang Sleman. Induk dari Ullen Sentalu yang berada di daerah Pakem adalah Ullen Sentalu yang terletak tidak jauh dari Taman Pintar Yogyakarta. Induk di sini memiliki arti yang lebih dahulu muncul dari anaknya.
Penjual jajanan itu menjelaskan, konon Induk Ullen Sentalu merupakan tempat memroduksi berbagai macam kain unggulan dari kota istimewa ini. Kain yang diproduksi seperti kain sutera dan kain batik. Tidak tanggung-tanggung hasil dari rumah produksi ini tidak hanya dijual di sekitar Yogya saja. Namun, hasilnya akan diekspor ke China.
Ullen Sentalu merupakan sebuah bangunan bernuansa klasik Belanda yang menjulang tinggi dengan banyak kerucut pada atapnya. Ratno menambahkan, kerucut yang disebut prisma ini pernah runtuh saat gempa tahun 2016 lalu. Kali ini sedang melalui masa renovasi. Walaupun sedang direnovasi, tidak melunturkan bangunan asli dari Ullen Sentalu tersebut. Prisma cokelat yang menjulang ini menambah nilai seni dari bangunan tersebut.
Benar saja, saat saya melangkah lebih jauh lagi menuruti ketertarikan saya pada bangunan ini saya menjumpai seorang laki-laki. Ternyata laki-laki tersebut anak dari pemilik bangunan. Saat saya minta izin untuk masuk bangunan tersebut, saya tidak diperbolehkan.
“Mohon maaf ini bangunan pribadi, siapaun tidak boleh masuk. Kecuali keluarga dari pemilik dari bangunan ini. Tapi, jika sekedar mengamati dan mengambil foto dari luar bangunan sangat boleh”, ujar lelaki berparas keindia-indian itu dengan ramah dan terburu-buru pergi.
Nilai seni yang menawan ini, memikat banyak mata dan penggila bangunan kuno. Namun, lambaian hasrat penggemar bangunan kuno tak tersampaikan. Wisatawan legal hanya bisa menangkap gambar Induk Ullen dari jarak pandang yang lumayan jauh. Karena pintu gerbangnya selalu tergembok rapi.
“Konon sebelum Papaeh dan Mamaeh masih ada, bangunan ini memiliki tiga fungsi. Sebagai tempat peribadatan, tempat memroduksi kain batik dan sutera, dan tempat tinggal pribadi Papaeh beserta keluarga”, tambah Ratno.
Papaeh dan Mamaeh merupakan pemilik Induk Ullen Sentalu. Mereka terkenal kaya raya sejak dahulu. Sebelum anak mereka menjadi dokter di Australia, bangunan ini masih dihuni oleh Papaeh beserta keluarga. Memang, bangunan ini milik pribadi dan sangat tertutup. Tapi, dahulu ketika produksi kain batik dan sutera masih dilakukan di bangunan ini, banyak karyawan yang tinggal di bangunan tersebut.
Bangunan bernuansa Belanda ini juga kerap kali dijadikan sebagai tempat kebaktian. Bangunan ini menjadi incaran kaum muda. Terutama para pengguna instagramer. Karena bangunannya yang terkesan unik dan jarang dijumpai. Jika ingin menangkap gambar dengan latar Ullen, cukup datang ke sekitar bangunan tersebut.
Biaya masuknya saja dibilang hemat kantong. Karena jika memakai motor hanya membayar parkir dua ribu rupiah saja. Tempat ini pas banget untuk kalian yang sedang gabut  dan gegana. Nilai seni akan terpampang menjulang tinggi ini bisa membuat hati gembira. (Khumaeroh Dewi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuli Suswanti , Pendidik sekaligus Pebisnis Ulet

“Terus berusaha dan berdoa serta pintar membagi waktu” ITULAH prinsip yang dipegang teguh oleh Yuli Suswanti, seorang perem...