BANGUNAN
bernuansa Belanda membuat mata saya tertarik. Tepat di timur lampu merah arah Jalan
Mataram Yogyakarta saya berhenti. Mengamati sejenak. Sebelum tertarik lebih
dalam dengan bangunan ini, saya mencoba mencari narasumber. Akhirnya menjumpai
dua orang narasumber. Ratno seorang penjual jajanan dan anak pemilik bangunan
bernuansa Belanda yang belum sempat saya ketahui namanya.
Ratno
saat dijumpai di barat bangunan bernuansa Belanda pada Senin (9/4/18)
menjelaskan, bahwa Ullen Sentalu ini dibangun sebelum adanya museum Ullen
Sentalu yang terletak di daerah Pakem Kaliurang Sleman. Induk dari Ullen
Sentalu yang berada di daerah Pakem adalah Ullen Sentalu yang terletak tidak
jauh dari Taman Pintar Yogyakarta. Induk di sini memiliki arti yang lebih
dahulu muncul dari anaknya.
Penjual
jajanan itu menjelaskan, konon Induk Ullen Sentalu merupakan tempat memroduksi
berbagai macam kain unggulan dari kota istimewa ini. Kain yang diproduksi
seperti kain sutera dan kain batik. Tidak tanggung-tanggung hasil dari rumah
produksi ini tidak hanya dijual di sekitar Yogya saja. Namun, hasilnya akan
diekspor ke China.
Ullen
Sentalu merupakan sebuah bangunan bernuansa klasik Belanda yang menjulang
tinggi dengan banyak kerucut pada atapnya. Ratno menambahkan, kerucut yang disebut
prisma ini pernah runtuh saat gempa tahun 2016 lalu. Kali ini sedang melalui
masa renovasi. Walaupun sedang direnovasi, tidak melunturkan bangunan asli dari
Ullen Sentalu tersebut. Prisma cokelat yang menjulang ini menambah nilai seni
dari bangunan tersebut.
Benar
saja, saat saya melangkah lebih jauh lagi menuruti ketertarikan saya pada
bangunan ini saya menjumpai seorang laki-laki. Ternyata laki-laki tersebut anak
dari pemilik bangunan. Saat saya minta izin untuk masuk bangunan tersebut, saya
tidak diperbolehkan.
“Mohon
maaf ini bangunan pribadi, siapaun tidak boleh masuk. Kecuali keluarga dari
pemilik dari bangunan ini. Tapi, jika sekedar mengamati dan mengambil foto dari
luar bangunan sangat boleh”, ujar lelaki berparas keindia-indian itu dengan
ramah dan terburu-buru pergi.
Nilai
seni yang menawan ini, memikat banyak mata dan penggila bangunan kuno. Namun,
lambaian hasrat penggemar bangunan kuno tak tersampaikan. Wisatawan legal hanya
bisa menangkap gambar Induk Ullen dari jarak pandang yang lumayan jauh. Karena
pintu gerbangnya selalu tergembok rapi.
“Konon
sebelum Papaeh dan Mamaeh masih ada, bangunan ini memiliki tiga fungsi. Sebagai
tempat peribadatan, tempat memroduksi kain batik dan sutera, dan tempat tinggal
pribadi Papaeh beserta keluarga”, tambah Ratno.
Papaeh
dan Mamaeh merupakan pemilik Induk Ullen Sentalu. Mereka terkenal kaya raya
sejak dahulu. Sebelum anak mereka menjadi dokter di Australia, bangunan ini
masih dihuni oleh Papaeh beserta keluarga. Memang, bangunan ini milik pribadi
dan sangat tertutup. Tapi, dahulu ketika produksi kain batik dan sutera masih
dilakukan di bangunan ini, banyak karyawan yang tinggal di bangunan tersebut.
Bangunan
bernuansa Belanda ini juga kerap kali dijadikan sebagai tempat kebaktian.
Bangunan ini menjadi incaran kaum muda. Terutama para pengguna instagramer.
Karena bangunannya yang terkesan unik dan jarang dijumpai. Jika ingin menangkap
gambar dengan latar Ullen, cukup datang ke sekitar bangunan tersebut.
Biaya
masuknya saja dibilang hemat kantong. Karena jika memakai motor hanya membayar
parkir dua ribu rupiah saja. Tempat ini pas banget untuk kalian yang sedang gabut dan gegana.
Nilai seni akan terpampang menjulang tinggi ini bisa membuat hati gembira. (Khumaeroh
Dewi)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar